Awal yang Baik

Tteeeeeeetttt!! Tttteeeeeeeeeeeettttt!!! ‘’Alaaaaa... belum juga selesai’’ suara lirih dari ujung kelas. ‘’Baik, udah ya dikumpul, sudah habis waktunya istirahat, hitungan kelima harus sudah dikumpul semua” ibu Eni memberi isyarat “SATUU!, DUA!,”. “Sebentar buu plliisss” Suaraku merendah sambil terus menulis hasil perhitunganku pada lembar jawaban. “Sudah-sudah ayo buruan” bu Eni terus mendesak. Gubraakk!! “Aduh! pelan-pelan kenapaa?” keluh seorang gadis dibelakangku. “Hahahah, ya maaf sih Dek, ayo sini aku kumpulin sekalian” gumamku sambil mengulurkan tangan meminta lembar jawaban Deka. “BENTAR!” sambil berteriak Deka terus fokus dengan tulisanya. “Kaya mau bener semua aja siiih??” tambahku meledek. “Bodo Amatt! Nih” dengan keruh si Deka menyodorkan hasil jawaban ulangan harian fisika hari itu. “Oke, heheheh” dengan penuh kemenangan segera aku berlari mengumpulkan hasil kerja kami berdua. Deka adalah teman sekelasku yang sekarang kami duduk dikelas XI Ipa 2. “Udin mah gitu sekarang, Oke din okeeee” si Hendri teman sebangku ku nerocos setelah aku kembali dari mengumpulkan hasilku. “Ya kan tadi udah tak ajarin sebelum masuk?” gumamku. “Tetep ajalah’’ balasnya kesal. “Makanya hen, jangan kebanyakan perempuan terus yang diurusin, belajar hen belajaarr” sahutku menambahi. “Bodo amatlah pusing aku, ayok lah ketempat pakde” ketus hendri menyerah. “hahahah, yaudah sih, baru juga ulangan harian”celotehku. Kami berduapun langsung beranjak dari kelas menuju ketempat pakde Sugeng, kantin faforit dimana tempat rombongan kami berkumpul. Terkhusus tiga sejoli udin, alfis, dan tofa. “Uhhh, bauknya ada si udin dateng nih” ledek alfis sambil menikmati santapan bakso bersama tofa. “Fangke lu pis” gumamku kesal sambil duduk diantara mereka berdua. “Bakso seporsi pakde!” teriakku memesan bakso pakde sugeng. Sambil berbincang-bincang kami menikmati santapan bakso ayam didepan kantin dengan dihiasi indahnya suasana SMA 2 yang cerah pada hari itu, hingga suara adzan dzuhur berkumandang. “Sana din kamu adzan, masjid kampung tua uda ada yang triak-triak tuh, tanggung jawablah sebagai pemenang lomba adzan se-SMA 2 geh” kata alfis menyuruhku. “Hahahahah, iya juga ya, yaudah tak adzan dulu ntar nyusul loh” timpalku mengancam. “Pakde sekalian ntar sore yaa !!” seruku sambil berlari kemushola. Hari itu berjalan seperti hari biasanya. Setelah jam istirahat kedua, kami melakukan sholat dzuhur berjamaah bersama bapak kepala sekolah dan siswa laki-laki dari berbagai angkatan. “Hhhoiii!! Mas udin! Abis sholat itu ga boleh bengong” suara seorang laki-laki setingkat usianya dibawahku. “Oiihh ridho, ngga cuman lagi PW aja nih” jawabku. “Halaahh PW apa PW??,, merhatiin siapa siiihhh??” ejek ridho penasaran. “Ehh, dho, anak PMR ada ngga yang namanya ida-ida gitu?” tanyaku. “Ida?? Fida kali mas” ridho menjelaskan. “ya aku gatau persis namanya” terangku. “Ada kok mas, dia anak sekelasku kok, namanya Fida Ardilla Mega, hayyooooo mas udin, tak bilangin mba ayu loh ntar” sambil senyum si ridho semakin meledeku. “Aihh, mba ayu udah ngga lagi kali dho, udah lama” terangku. “Eh dho, kamu punya kan nomor atau CP nya fida? Heheh” tambahku memberi kode. “HAHAHAH.. Ketauan mas udin, ohh tak bilangin lah ntar sama si fida, tau ngga sih mas, fida itu masih polos, baik banget orangnya, pinter, lucu, asik, pokoknya aku dukung kalo mas bisa sama fida” si ridho nerocos dengan logat alay nya. “Dho, ada ngga???” gumamku kesal. “hahahah, iyya mas ada tenang aja, ntar dikamar aku kasih, ciieeeee fidaa hahahah, tak ejekin lah si Fida dikelas, ckckck” semringah ridho penuh kemenangan. “Bangke lu dho, awas kalo dia kenapa-kenapa ya” balasku kesal. Ridho adalah adik kelasku dan tentu satu kelas dengan wanita misterius yang membuatku bengong kemarin sore. Mereka duduk di bangku kelas X5. “Diinn?? Udiinnn!??” suara agak sedikit serak mencari keberadaanku. “Yaudah dho, salam ya buat fida heheh” pesanku pada ridho. “Beres mas” sambil berlalu ridho menjawab. “Apa hen?” lekas kuhampiri suara serak itu. “Kamu ini dicariin dari tadi kok, ayuk masuk” dengan nada terengah-engah menandakan jika dia telah mencariku dari tadi. “hehehe yaa maap hen, yuk lah”. Kami pun berjalan meninggalkan mushola dan menuju ruang kelas untuk melanjutkan mata pelajaran selanjutnya hingga pulang.
Awal yang Baik Awal yang Baik Reviewed by Menyebar Ilmu on 20:40 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.